Tidak Etis Membandingkan Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy'arie dengan KH. Said Agil Siroj

Radar Pabuaran - "Saya warga NU. Tapi tidak suka NU pimpinan KH. Said. NU sekarang sudah tidak sama dengan NU Hadrotussyaikh Hasyim Asy'arie". Awalnya kita hanya tersenyum saja mendengar pernyataan "lugu" ini. Paling cuma membatin, bagaimana bisa membandingkan demikian. Jamannya saja beda. Tentu cara membawakan dan cara merawatnya juga berbeda.

Lagi pula kapan mereka ketemu dengan Hadrotussyaikh sehingga bisa percaya diri seperti itu. Dan bukankah terpilihnya KH. Said juga atas restu dari seluruh ulama sepuh, para masyayikh pakubumi Nusantara?

Tidak mungkin kita sekarang ini menggelorakan anti produk Belanda, pakai sandal teklek, mukena harus jahitan tangan, membentuk laskar sabilillah bersenjata, mengeluarkan resolusi jihad, merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Saat ini jamannya mengisi kemerdekaan dan merangkul semua golongan. NU bukan saja NU itu sendiri melainkan telah menjelma sebagai tiang penyangga utama utuh tegaknya NKRI.

Namun, ketika gema ini semakin santer dibarengi dengan berbagai caci maki, ghibah dan fitnah kepada Guru Mulia KH. Said Agil Siroj, maka perlulah kita menjelaskan duduk permasalahannya. Mereka yang sibuk berisik itu apakah tidak tahu bahwa kedudukan Hadrotussyaikh itu tidak sepadan dengan KH. Said Agil. Jadi, bagaimana bisa membandingkannya?

Apakah mereka tidak tahu bahwa Hadrotussyaikh sebagai Rois Akbar itu digantikan oleh KH. Wahab Hasbullah (selanjutnya disebut Rois Aam), kemudian KH. Bisri Syansuri, dilanjutkan KH. Ali Maksum, lalu KH. Ahmad Shiddiq. Setelah itu berturut - turut KH. Ali Yafie, KH. Ilyas Rukhyat, KH. Sahal Mahfudz, KH. Musthofa Bisri. Dan saat ini posisi ini diamanahkan kepada KH. Makhruf Amin.

Sementara KH. Said Agil Siroj adalah ketua Tanfidziyah penerus dari KH. Hasyim Muzadi yang sebelumnya dijabat oleh KH. Abdurahman Wahid, KH. Idham Cholid, KH. Wahid Hasyim, KH Mahfudz Shiddiq, KH. Noor dan yang pertama oleh KH. Hasan Gipo.

Jika ibaratnya dalam NKRI, Rois Aam adalah lembaga tertinggi seperti MPR sedangkan tanfidziyah adalah lembaga pelaksana kebijakan semacam lembaga eksekutif, maka tentu Bung Karno bisa kita bandingkan dengan Pak Harto atau Pak dhe Jokowi. Bukan membandingkan Pak dhe Jokowi dengan Harmoko atau Pak Zulkifli Hasan.

So, kalau mau sejajar, maka bandingkanlah antara sesama Rois Aam dalam dinamika dari jaman ke jaman. Bukan membandingkan Hadrotussyaikh dengan KH. Said Agil. Nah, jika masalah sekecil ini saja belum faham, maka mohon maaf jika kita patut meragukan para pencaci itu sebagai warga NU tulen.

Dikutip : Dari Teras Kang Said.

0 Komentar